Negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Nyalakan lilin, lakukan sesuatu.
Surat dari Lince Mabossi
Nama saya lince, saya sudah duduk di kelas V SD Kristen Wadankou. Saya mau bercerita tentang keluarga saya. Lihat nih! Seru deh mau menceritakan siapa siapa liat saja ceritanya. Kalau keluarga saya ada yang baik dan ada yang jahat , tapi saya tidak marah kalau mereka menyembunyikan barang dari saya. Tapi teman aku juga banyak kok.
Temanku ada di Australia, ada di Makassar, ada juga di Bali, ada Medan dan ada juga di Jakarta. Ada di mana saja, tapi saya tidak akan melupakan mereka sampai aku mati. Oh kamu mau menanyakan adikku, Kalo adikku bernama Riska . Aku kalo apel lalu sudah masuk kelas itu adikku setiap datang ke sekolah. Lalu pak guruku juga bernama bapak Guru Berna Edi Renfan. Pengajar muda SD Kristen Wadankou dan juga Pak Dedi.
Kalo malam malam saya juga belajar dengan pak Dedi di rumah Bapak Kepala Desa kami tercinta. Dia sudah meninggal pada hari Sabtu bulan Oktober 1945 tanggal 14. Itu loh, kami sedih sekali waktu orang dong bilang itu masyarakat desa wadanko anak bapak tercinta . Tante Laura dan Tante Yana punya anak bernama Faudan Hasti. Kami menangis waktu kubur bapak Atus Saulian itu.
Pak Dedi ada pergi ke Somlouki, tiba tiba ada orang ke Somlouki itu mereka bilang kepada Pak Dedi di Somlouki tanya Yana kirim surat kepada kakak Santi. Katanya kakak Santi cepat pulang untuk melihat bapak tercintanya, tapi kakak Santi bilang begini beseng mau pulang selain Usirina cepat datang di Somlouki ini boleh supaya beta bisa pulang deng dong kakak Santi bilang begitu.
Tapi kakak Jana bilang dia cepat pulang, jadi terpaksa kakak Santi pulang, itu saja yang lince sampaikan ke Makassar. Itu di kampung Pak Dedi, padahal kami tidak mau mengirim surat ke sana, tetapi pak Dedi paksa, jadi kami kelas V SD Kristen Wadanko mau. Itu saja yang Lince sampaikan ke sana. Selamat mengasihkan dan salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar