Senin, 26 Desember 2011

Putri Tadampalik - Legenda dari Kerajaan Luwu


Ri Sulawesi ...
Dahulu kala, di Sulawesi Selatan, ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Luwu. Kerajaan itu di pimpin oleh seorang raja bernama Datu Luwu. Datu Luwu adalah seorang raja yang sangat arif dan bijaksana. Sehingga, rakyatnya makmur dan sejahtera. Datu Luwu juga memiliki seorang putri bernama Putri Tandampalik. Putri Tandampalik adalah seorang putri yang sangat cantik dan ramah. Karena kecantikannya, ia dikenal hingga ke pelosok negri

Kabar dari Putri Tandampalik terdengar hingga ke Kerajaan Tallo, ke Kerajaan Gowa, ke Kerajaan Soppeng dan akhirnya sampai ke telinga Raja Bone. Raja Bone hendak meminang Putri Tandampalik untuk putranya. Mendengar hal tersebut, Datu Luwu sangat pusing di buatnya. Pusing! Pusing! Sangat pusing!
--------------------------
Versi MP3 cerita Putri Tadampalik klik disini
--------------------------
Karena, menurut adat istiadat Kerajaan Luwu, seorang wanita dari Kerajaan Luwu, tidak boleh menikah dengan laki-laki di luar sukunya. Namun jika Datu Luwu menolak pinangan itu, akan terjadi, akan terjadi, akan terjadi sesuatu peperangan yang sangat luar biasa dahsyat. Rakyat Kerajaan Luwu akan menderita jika peperangan ini terjadi. Oh! Tidak!! Tidak!! Tidakkk!!

“Baiklah, aku akan menerima pinangan itu. Biar aku saja yang di kutuk oleh dewa. Asalkan rakyatku tidak menderita.” Ucap Datu Luwu. Namun, beberapa hari kemudian, datanglah utusan dari Kerajaan Bone. Tetapi, mereka datang dengan tidak membawa prajurit yang banyak maupun perlengkapan perang yang lengkap. Mereka datang dengan sangat sopan dan ramah lalu mengutarakan maksud kedatangan mereka kepada Datu Luwu. “Datu, kami utusan dari Kerajaan Bone, hendak meminang putri Datu yang bernama Putri Tandampalik.” ucap utusan dari Kerajaan Bone. Datu luwu tidak segera menjawab pinangan itu. Utusan tersebut pulang dengan lapang dada.

Anehnya! Keesokan harinya, setelah Putri Tandampalik terbangun dari tidurnya. “Oh! Entah! Entah apa yang terjadi pada diriku! Oh tidak! Tidak! Ohh Batara!! Apa yang terjadi pada diriku!?! Apa salah yang telah ku perbuat?!! Tidak! Tidak! Tidaaakk!!”. Betapa sedihnya Putri Tandampalik. Mengapa ia begitu sedih? Karena ia menderita penyakit kulit yang sangat luar biasa menjijikkan! Dengan bau anyir dan cairan kental menjijikkan di sekujur tubuhnya.

Sungguh malang nasib Putri Tandampalik. Oh! Mengapa harus terjadi padanya?!! Melihat penyakit yang di derita oleh Putri Tandampalik, Datu Luwu semakin pusing dibuatnya. Sudah beberapa tabib yang berusaha mnyembuhkan penyakit Putri Tandampalik, namun tak seorang pun dapat menyembuhkannya. Ia tidak ingin rakyatnya tertular penyakit putrinya. Ia harus mencari cara agar hal itu tidak terjadi. Akhirnya, ia menemukan cara agar rakyatnya tidak tertular penyakit putrinya. Putri Tandampalik harus diasingkan! “Maafkan Ayahandamu nak. Ayahanda harus mengasingkanmu keluar dari Negri Luwu. Ayah tidak ingin rakyat Kerajaan Luwu tertular penyakitmu. Bawalah keris pusaka ini bersamamu. Pergilah berlayar bersama beberapa pengikut setiamu.” Kata Datu Luwu pada putrinya.
Mendengar itu, Putri Tandampalik sangat sedih. Namun, ia harus ikhlas menerima titah Ayahandanya. Ia harus meninggalkan kedua orang tuanya dalam waktu yang cukup lama.

Hari demi hari. Bulan demi bulan sudah Putri Tandampalik berlayar bersama pengikutnya. Akhirnya mereka menemukan pulau yang bertanah subur juga berhawa sejuk. Karena salah satu pengikut Putri Tandampalik menemukan buah Wajo di pulau itu, pulau itu dinamakan Desa Wajo.
Mereka membangun gubuk-gubuk untuk mereka tinggali, dan mereka mulai bercocok tanam.

Suatu siang, ketika Putri Tandampalik sedang duduk-duduk di pinggir danau, ia melihat, ia melihat seekor kerbau putih dan besar yang sedang mendekatinya. Ia berpikir, bahwa kerbau itu akan memakan tanamannya yang tidak jauh dari situ. Lalu ia mengusir kerbau itu. “Ngoooo ngoooo..” “Hush! Hush! Pergi kau! Jangan mendekat!” katanya mengusir. Namun, semakin diusir, kerbau itu semakin mendekat dan akhirnya ia menerjang Putri Tandampalik hingga ia pingsan
Inilah dia kerbau yang menerjang Putri Tandampalik sampai pingsan. Ketika siuman, betapa kaget bukan kepalangnya Putri Tandampalik, karena ia melihat kerbau itu menjilati seluruh tubuhnya yang sudah membusuk. Namun, semakin sering dijilati oleh kerbau yang di beri nama ‘Bule’ oleh Putri Tandampalik itu, penyakit yang di derita Putri Tandampalik beramgsur-angsur sembuh. “Oh, oh, apa yang terjadi?!! Penyakitku, penyakitku sudah sembuh! Oh Batara! Terima kasih..!” ucap Putri Tandampalik kegirangan. Karena jasanya itu, kerbau Bule dikeramatkan dan tidak boleh di sembelih. Malam harinya Putri Tandampalik bermimpi di datangi oleh seorang, seorang lelaki yang sangatt tampan.
Lelaki itu berkata, bahwa ialah jodoh Putri Tandampalik. Putri Tandampalik berpikir bahwa mimpi ini pertanda baik baginya.

Sementara itu, Putra Mahkota bersama Panglima Kerajaan Bone dan beberapa prajurit, sedang asyik berburu. Saking asyiknya berburu, Putra Mahkota terlepas dari rombongannya. Hari sudah semakin larut, dengan terpaksa Putra Mahkota harus menginap di dalam hutan. Putra Mahkota berusaha memejamkan matanya. “krik krik krik.. auuungg!” 

Namun, karena suara binatang malam yang sangat berisik, ia tidak bisa tertidur. Di kejauhan, ia melihat seberkas cahaya. “Wah, cahaya apakah itu?” Putra Mahkota semakin penasaran dibuatnya. Akhirnya ia menuju ke sumber cahaya itu. Sesampainya disana, ia melihat sebuah gubuk yang tampaknya kosong. Namun, ia memberanikan diri untuk masuk. Hah! Betapa kagetnya ia ketika melihat seorang gadis cantik sedang memasak air. Gadis cantik itu adalah Putri Tandampalik.

Merasa di awasi, Putri Tandampalik menoleh ke belakang. Betapa kagetnya ia, ketika melihat lelaki yang sama persis mimpinya. “Sepertinya aku pernah melihat lelaki ini. Tapi dimana yah?”. Mereka lalu berkenalan hingga akhirnya mereka dekat. Mendengar tutur kata Putra Mahkota yang sopan, Putri Tandampalik kagum dibuatnya. Juga karena kecantikan Putri Tandampalik, Putra Mahkota jatuh hati dibuatnya

Pagi harinya, Panglima Kerajaan Bone, Anre Guru Pakanranyeng beserta prajuritnya menemukan Putra Mahkota di gubuk itu dan mengajaknya pulang ke Kerajaan Bone. Dengan berat hati, akhirnya Putra Mahkota berpisah dengan Putri Tandampalik. Sejak berpisah dari Putri Tandampalik, hatinya sangat gundah dan gelisah. Ia ingin tinggal bersama Putri Tandampalik di Desa Wajo.

Melihat gerak-gerik Putra Mahkota yang tidak biasa, Panglima Kerajaan Bone menceritakan pertemuan Putra Mahkota dengan Putri Tandampalik kepada Raja Bone. Raja Bone sangat setuju untuk menikahkan Putra Mahkota dengan Putri Tandampalik. Akhirnya dikirimlah utusan ke Desa Wajo untuk meminang Putri Tandampalik. “Wahai Putri Tandampalik, kami utusan dari Kerajaan Bone, hendak meminang Putri Tandampalik untuk dijadikan istri oleh Putra Mahkota Kerajaan Bone.” Mendengar itu, Putri Tandampalik tidak segera menjawab pinangan tersebut. Namun ia memberikan sebuah keris. “Bawalah keris ini ke  Kerajaan Luwu. Berikanlah kepada Datu Luwu. Jika Datu menerimanya dengan baik, aku akan menerima pinangan itu” ucapnya. Mendengar syarat tersebut, Putra Mahkota segera menuju ke Kerajaan Luwu tanpa dikawal oleh seorang prajurit pun!

Sesampainya di Kerajaan Luwu, ia bertemu dengan Datu Luwu. Ia lalu memberikan keris itu kepada Datu Luwu dan menceritakan keadaan Putri Tandampalik. Lalu ia menguutarakan maksud kedatangannya kepada Datu Luwu. Datu Luwu menerima keris itu dengan senang hati. Datu Luwu beserta permaisuri sangat gembira karena  bisa mengetahui bahwa Putri Tandampalik sehat-sehat saja. Akhirnya, mereka menuju ke Desa Wajo. Betapa senangnya Datu Luwu karena ia melihat Putri Tandampalik sehat tanpa penyakit yang di deritanya dahulu. “Maafkan Ayahandamu nak. Ayahanda telah mengasingkanmu dalam waktu yang cukup lama jauh dari Negeri Luwu” kata Datu Luwu. “Tidak ada yang perlu dimaafkan Ayahanda, Ananda justru senang karena bisa menyelamatkan rakyat Kerajaan Luwu” ucap Putri Tandampalik.
Keesokan harinya, digelar pesta besar-besaran pernikahan Putra Mahkota dan Putri Tandampalik Akhirnya mereka berbahagia selamanya di Desa Wajo

Terima kasih kepada Bapak MB Rahimsyah yang telah menyusun Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara dan kepada Pustaka Agung Harapan yang telah menerbitkan buku ini

Juga terima kasih kepada Kakak Halim Hasanuddin yang telah membuat efek audio yang sangat dahsyat untuk cerita ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar